• Pemandangan Gunung Merbabu

    Pemandangan Gunung Merbabu (3145mdpl) merupakan salah satu pemandangan indah yang bisa dilihat dari Dusun Plalangan. Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut.

  • Topeng Ireng

    Penari Topeng Ireng mengenakan pakaian mirip orang Indian di Amerika dengan kedua kakinya di pasangi puluhan kelintingan, yang dimana kalau penarinya bergerak dan menari akan menimbulkan suara yang bergemerincing dan tarian ini mengenakan topi seperti orang Indian , pakaian bawah seperti suku pedalaman Kalimantan , diiringi tabuhan gamelan , truntung , jedor dan rebana.Kesenian ini menggambarkan tentang kehidupan orang orang pedalaman lereng gunung Merapi dan Merbabu dengan tradisi hidup akrab dengan alam.

  • NEW SELO

    NEW SELO merupakan salah satu objek wisata yang ada di Dusun Plalangan. Biasanya tempat ini digunakan sebagai basecamp para pencinta alam atau pendaki untuk istiharat sebelum atau sesudah mereka melakukan pendakian ke puncak Merapi.

  • Masyarakat Dusun Plalangan

    Masyarakat Dusun Plalangan sebagian besar berprofersi sebagai petani dan peternak sapi. Hampir setiap rumah warga di Dusun ini memiliki rata-rata 2 ekor sapi dan hasil panen unggulan di Dusun ini adalah tembakau yang dipanen setiap setahun sekali (Juli-Agustus). Mayoritas warga Dusun adalah beragama Islam

Wednesday, November 23, 2016

Oemah Bambu Merapi

Posted by Unknown on 6:58 PM with No comments
Dusun Plalangan, Desa Lencoh, Boyolali memang dikenal sebagai tempat wisata. Selain New Selo saat ini telah hadir Oemah Bambu Merapi yang memili spot untuk menikmati alam disana serta mengabadikan momen di ketinggian.

Photo by @valitaclaudya/instagram.com

Dengan adanya Oemah Bambu Merapi wisatawan bisa menikmati pemandangan dari atas dengan lebih leluasa, dengan akses yang sangat dekat dari New Selo. 

Oemah Bambu Merapi terbuat dari bamboo yang disusun sehingga sangat menarik serta memiliki menara yang tinggi dimana kita bisa naik keatas.

Photo By @suthebianconeri/instagram.com

Jika kalian beruntung kalian akan melihat pemandangan yang sangat luar biasa yang dapat kalian abadikan dengan smartphone kalian.

 
Photo By @oemahbamboomerapi/instagram.com

Kendalan yang mungkin akan kalian hadapi hanyalah sebuah cuaca buruk, so pilih hari yang tepat ketika kalian akan mengunjungi Oemah Bambu Merapi ini.

Photo By @oemahbamboomerapi/instagram.com

Hanya dengan membayar retribusi Rp 10.000,- kita bisa menikmati pemandangan dari atas sepuasnya, tetapi kita juga harus berhati-hati karena tempanya di ketinggian sebaiknya kita tidak memaksakan diri saat mengabadikan momen. So jangan terlalu memaksakan diri dan jangan menjadi traveler yang alay.


Selamat Berwisata.

Friday, August 14, 2015

Gardu Pandang New Selo/Joglo 2

Posted by Unknown on 10:27 AM with No comments



Gardu Pandang NEW SELO atau warga sekitar sering menyebutnya Joglo 2 adalah salah satu Objek wisata yang terletak di Dukuh Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, atau di lereng Gunung Merapi. Lokasi ini, memiliki jarak sekitar dua kilometer dari pusat Kecamatan Selo dan ±5 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Joglo 2 merupakan tempat wisata yang tepat untuk menikmati keindahan gunung Merbabu, Sundoro, Sumbing dan Lawu, lokasi dari objek wisata ini memiliki ketinggian ±1700mdpl.

Joglo 2 biasanya digunakan sebagai basecamp para pencinta alam atau pendaki untuk istiharat sebelum atau sesudah mereka melakukan pendakian ke puncak Merapi. Pada pecinta alam juga bisa menitipkan kendaraan roda 2 ataupun roda 4 di area parkir di tempat ini.

Thursday, August 13, 2015

Kesenian Tari Dukuh Plalangan

Posted by Unknown on 9:26 PM with 1 comment
Tarian kridoyakso menggambarkan sifat sifat manusia yang pamrih sekaligus ambisius, murka, dan rakus. Tarian ini menampilkan perwujudan raksasa dengan tariannya yang kasar sebagai perwujudan dari sifat sifat tersebut. Raksasa (cakil) adalah gambaran manusia yang jauh dari sifat budi baik manusia itu sendiri.
Tarian ini dapat diambil pelajarannya agar manusia selalu berbudi pekerti yang luhur. Dalam tarian kridoyakso juga menampilkan raksasa cakil, keberadaannya menggambarkan bahwa manusia jika tidak waspada dalam kegembiraan maka akan ada raksasa (cakil) yang menguasai diri manusia itu sendiri.       

Tarian Kridoyakso

Nama topeng ireng sendiri merupakan singkatan dari “toto lempeng” dan “irengan kenceng”. Tarian ini menjadi seni pergaulan khususnya bagi para remaja karena gerakannya sendiri cenderung menarik untuk dilakukan (enerjik).
Topeng ireng menjadi simbol kesukariaan para remaja yang sedang mengalami masa mudanya karena pada umumnya sesuai dengan selera para pemuda yang tidak menyukai kesenian tari dengan gerakan yang berfilosofi.
Pakaian yang digunakan menggunakan bahan dedaunan dan bulu ayam sebagai aksesorisnya. Sedangkan bahan yang digunakan untuk merias wajah adalah arang karena  pada dahulu kala tarian ini digunakan sebagai pagar betis pawai atau kirap supaya penonton tidak terlalu dekat dengan pemain tarian topeng ireng.




Tari Topeng Ireng

Sejarah Dukuh Plalangan

Posted by Unknown on 8:02 PM with No comments



Dukuh Plalangan lahir sejak kurang lebih pada abad 15 M. sebelum jadi tempat pemukiman, Dukuh Plalangan adalah hutan. Masyarakat palalangan dahulu berasal dari daerah Desa Tegalsruni. Desa  Tegalsruni adalah daerah padat penduduk yang didominasi oleh penganut Budha sebelum abad 15 M yang ditokohi oleh Sareh Boko Yudho. Kemudian terjadi akulturasi budaya antara Budha dengan Islam di Desa Tegalsruni setelah datangnya Kyai Minto Gati yang dulunya merupakan pelarian perang dari daerah pasuruan, jawa timur. Hingga lama kelamaan Desa Tegalsruni didominasi oleh penganut Islam. jumlah masyarakat yang semakin meningkat menyebabkan muncul pemukiman pemukiman baru di luar daerah Desa Tegalsruni sehingga lahirlah pemukiman di Plalangan.
Nama plalangan sendiri sebenarnya berasal dari kata plawangan yang berarti pintu/jalur/jalan. Plalangan dahulunya adalah jalur Raja dari Surakarta (Kerajaan Solo) yang digunakan untuk me-nyepuh-kan (menyucikan/menajamkan) pusaka pusaka di puncak – menggunakan api - Gunung Merapi. Karena jalur ini sering digunakan oleh rombongan kerajaan, maka daerah ini pada saat itu disebut dengan daerah plawangan, kemudian lama kelamaan dukuh ini terkenal dengan nama Plalangan.