Wednesday, November 23, 2016
Oemah Bambu Merapi
Posted by Unknown on 6:58 PM with No comments
Dusun Plalangan, Desa Lencoh, Boyolali memang dikenal
sebagai tempat wisata. Selain New Selo saat ini telah hadir Oemah Bambu Merapi
yang memili spot untuk menikmati alam disana serta mengabadikan momen di
ketinggian.
Photo by @valitaclaudya/instagram.com
Dengan adanya Oemah Bambu Merapi wisatawan bisa menikmati pemandangan dari atas dengan lebih leluasa, dengan akses yang sangat dekat dari New Selo.
Oemah Bambu Merapi terbuat dari bamboo yang disusun sehingga sangat menarik serta memiliki menara yang tinggi dimana kita bisa naik keatas.
Photo By @suthebianconeri/instagram.com
Jika kalian beruntung kalian akan melihat pemandangan yang
sangat luar biasa yang dapat kalian abadikan dengan smartphone kalian.
Photo By @oemahbamboomerapi/instagram.com
Kendalan yang mungkin akan kalian hadapi hanyalah sebuah
cuaca buruk, so pilih hari yang tepat ketika kalian akan mengunjungi Oemah
Bambu Merapi ini.
Photo By @oemahbamboomerapi/instagram.com
Hanya dengan membayar retribusi Rp 10.000,- kita bisa
menikmati pemandangan dari atas sepuasnya, tetapi kita juga harus berhati-hati
karena tempanya di ketinggian sebaiknya kita tidak memaksakan diri saat
mengabadikan momen. So jangan terlalu memaksakan diri dan jangan menjadi traveler
yang alay.
Selamat Berwisata.
Friday, August 14, 2015
Gardu Pandang New Selo/Joglo 2
Posted by Unknown on 10:27 AM with No comments
Gardu Pandang NEW SELO atau warga sekitar sering menyebutnya Joglo 2 adalah salah satu Objek wisata yang terletak di Dukuh Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, atau di lereng Gunung Merapi. Lokasi ini, memiliki jarak sekitar dua kilometer dari pusat Kecamatan Selo dan ±5 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Joglo 2 merupakan tempat wisata yang tepat untuk menikmati keindahan gunung Merbabu, Sundoro, Sumbing dan Lawu, lokasi dari objek wisata ini memiliki ketinggian ±1700mdpl.
Joglo 2 biasanya digunakan sebagai basecamp para pencinta alam atau pendaki untuk istiharat sebelum atau sesudah mereka melakukan pendakian ke puncak Merapi. Pada pecinta alam juga bisa menitipkan kendaraan roda 2 ataupun roda 4 di area parkir di tempat ini.
Thursday, August 13, 2015
Kesenian Tari Dukuh Plalangan
Posted by Unknown on 9:26 PM with 1 comment
Tarian kridoyakso menggambarkan sifat sifat manusia yang pamrih
sekaligus ambisius, murka, dan rakus. Tarian ini menampilkan perwujudan raksasa
dengan tariannya yang kasar sebagai perwujudan dari sifat sifat tersebut.
Raksasa (cakil) adalah gambaran manusia yang jauh dari sifat budi baik manusia
itu sendiri.
Tarian ini dapat diambil pelajarannya agar manusia selalu berbudi
pekerti yang luhur. Dalam tarian kridoyakso juga menampilkan raksasa cakil,
keberadaannya menggambarkan bahwa manusia jika tidak waspada dalam kegembiraan
maka akan ada raksasa (cakil) yang menguasai diri manusia itu sendiri.
Tarian Kridoyakso
Nama topeng ireng sendiri merupakan singkatan dari “toto lempeng” dan
“irengan kenceng”. Tarian ini menjadi seni pergaulan khususnya bagi para remaja
karena gerakannya sendiri cenderung menarik untuk dilakukan (enerjik).
Topeng ireng menjadi simbol kesukariaan para remaja yang sedang
mengalami masa mudanya karena pada umumnya sesuai dengan selera para pemuda
yang tidak menyukai kesenian tari dengan gerakan yang berfilosofi.
Pakaian yang digunakan menggunakan bahan dedaunan dan bulu ayam sebagai
aksesorisnya. Sedangkan bahan yang digunakan untuk merias wajah adalah arang
karena pada dahulu kala tarian ini
digunakan sebagai pagar betis pawai atau kirap supaya penonton tidak terlalu
dekat dengan pemain tarian topeng ireng.
Tari Topeng Ireng
Sejarah Dukuh Plalangan
Posted by Unknown on 8:02 PM with No comments
Dukuh Plalangan lahir sejak kurang lebih pada abad 15 M. sebelum jadi
tempat pemukiman, Dukuh Plalangan adalah hutan. Masyarakat palalangan dahulu berasal
dari daerah Desa Tegalsruni. Desa Tegalsruni adalah daerah padat penduduk yang
didominasi oleh penganut Budha sebelum abad 15 M yang ditokohi oleh Sareh Boko
Yudho. Kemudian terjadi akulturasi budaya antara Budha dengan Islam di Desa
Tegalsruni setelah datangnya Kyai Minto Gati yang dulunya merupakan pelarian
perang dari daerah pasuruan, jawa timur. Hingga lama kelamaan Desa Tegalsruni
didominasi oleh penganut Islam. jumlah masyarakat yang semakin meningkat
menyebabkan muncul pemukiman pemukiman baru di luar daerah Desa Tegalsruni
sehingga lahirlah pemukiman di Plalangan.
Nama plalangan sendiri sebenarnya berasal dari kata plawangan yang
berarti pintu/jalur/jalan. Plalangan dahulunya adalah jalur Raja dari Surakarta
(Kerajaan Solo) yang digunakan untuk me-nyepuh-kan
(menyucikan/menajamkan) pusaka pusaka di puncak – menggunakan api - Gunung
Merapi. Karena jalur ini sering digunakan oleh rombongan kerajaan, maka daerah
ini pada saat itu disebut dengan daerah plawangan, kemudian lama kelamaan dukuh
ini terkenal dengan nama Plalangan.
Subscribe to:
Posts (Atom)